LEGENDA PUTRI AYU (Desa Jambringin Kecamatan Proppo)
Tema : Kesetiaan
Alur Cerita:
Pada
zaman pemerintahan panembahan Bonorogo inilah Pamelingan diganti menjadi
Pamekasan . Dengan diawali oleh panembahan Bonorogo tersebut kemudian
masyarakat Pamekasan menganggap bahwa para leluhur penguasa Pamekasan berasal
dari jamberingin.
Kerajaan
Jemberingin mulai mundur bahkan putra kerajaan Jamberingin yaitu Pangeran
Nugroha tidak menggantikan Ayahnya di Jemberingin melainkan menetap di
Pamekasan . Pada Akhirnya Jamberingin
memang kehilangan kejayaan dan dihari kemudian Jamberingin hanya merupakan Desa
yang ditinggalkan oleh pendirinya. Walaupun demikian penerus Jamberingin tidak
lenyap seluruhnya sebab kemudian disebelah timur bekas kerajaan Jamberingan
berdiri pedukuhan baru yang bernama Gayam . Ternyata Gayam masih menyandang
kebesaran Jamberingin, karena penduduk Pamekasan menganggap para sepuh
Pamekasan berasal dari kerajaan yang sudah lenyap tersebut.
Namun sebutan
tempat tersebut bukan lagi Jamberingin atau Gayam yang menjadi kenangan
masyarakat tetapi masyarakat cuma menyebut tempat sebagai asalnya sebagai
asalnya para sepuh.
Di ceritakan pada
jaman kerajaan Pamekasan dan Madegan kedua kerajaan tersebut menjodohkan Raden
Bagus dari Madegan dipertunangkan dengan Dewi Sekar dari Pamekasan . Karena
mereka masih remaja maka pernikahan mereka tidak terburu – buru dilaksanakan.
Tentu saja keterangan tersebut sangat menarik bagi Raden Bagus dan dia kemudian
minta untuk diantarkan ketempat mereka.
Namun Raden Bagus
setiap bulan purnama pergi ke Pamekasan menemui Dewi Sekar Tunangannya ,
Perjalanannya Raden Bagus melewati Jamberingin dan biasanya setelah Bulan
sepenggallah di angkasa Raden Bagus tiba
di Pamekasan . Demikian setelah Raden Bagus tiba kembali ke Madegan .
Demikian selalu
dilakukan oleh Raden Bagus hingga beberapa kali Purnama . Di suatu malam
seperti biasanya Raden Bagus berangkat ke Pamekasan bersama para pengikutnya
namun setiba di Jamberingin salah satu kaki kudanya terperosok pada sebuang
lubang yang tidak terlalu dalam . Raden Bagus segera memeriksa kaki kudanya ,
untunglah tidak mengalami cidera . Tiba – tiba Raden Bagus bagaikan orang baru
tersadar dari pingsan .
Pandangannya
seperti menyapu bersih alam setempat , Raden Bagus setengah memperhatikan
datangnya suara Dendang Lir Sa Alir dalam pandangan keheranannya tersebut ,
seorang dari pengiringnya menjelaskan kalau apa yang terdengar itu adalah
Dendang anak Dara Jamberingin yang sudah mereka lakukan pada setiap bulan
purnama .
Dewi Sekar
mengutus salah satu pengringnya ke Jamberingin guna mengintai perjalanan Raden
Bagus. Demikianlah apa yang tersimpan dalanhati Raden Bagus selama itu
terbongkar juga . saat itu mata – mata Dewi Sekar melihat Raden Bagus sedang
janji bersama kekasih gelapnya .namun para pengiring segera mengingatkan bahwa
saat itu masih ada tugas yang belum diselesaikan kunjungan ke Pamekasan .
Rasa keinginan
untuk mengetahui mereka yang berdendang mengalahkan peringatan tersebut ,
akhirnya rombongan Raden Bagus mendekat kekelompok dara yang lagi asik bermain
dan berdendang , tanpa setahu mereka Raden Bagus dapat menikmati permainan para
dara tersebut . Namun akhirnya salah seorang dari mereka tahu adanya pengintip
, matanya kini bertemu pandang dengan tatapan Raden Bagus yang sebenarnya.
Sejak lama sudah
memperhatikannya bersamaan dengan itu pula Raden Bagus mendapat peringatan dari
pengiringnya untuk meneruskan perjalanannya . Ternyata Raden Bagus tidal banyak
tingkah lagi dengan sedikit mengaangkat tangannya yang diarahkan kepada Sang
Dara ia berbalik dan menaiki kudanya kembali dan diikiti semua anggota
rombongan. Sedikit terlambat tiba di Pamekasan namun masih dalam batas halangan
yang mungkin terjadi karena terperosonya kaki kuda Raden Bagus yang menjadi
pembicaraan saat kedatangan rombongan tersebut .
Demikian pula
kunjungan purnama berikutnya walaupun juga terlambat masih di anggap oleh Sang
Dewi tidak ada masalah . Ternyata pada kunjungan berikutnya kedatangan sang
Raden Bagus makin terlambat karena itu alasan yang diajukan Sang Raden Bagus
membuat Sang Dewi bimbang . Akhirnya Sang Dewi mendengar kabar Grimbung bahwa
Sang Raden ada percintaan dengan Dara Ayu ( Putri Ayu ) Jamberingin karena itu
pada saat bulan purnama berikutnya Sang Dewi menugaskan pengawalnya .
Mata – mata
tersebut mendengar jelas bagaimana Raden Bagus memahat batu dengan ujung
kerisnya , sebuah pahata ladan kuda . Juga pengintai mendengar tatkala Raden
Bagus bersumpah bahwa selama pahatan ladan kuda tersebut melekat di atas batu
selama itu pulalah cinta kasih Raden Bagus terhadap Putri Ayu .
Demikianlah
pengintai kebali ke Pamekasan dan menyampaikan apa – apa kepada Sang Dewi . Menerima
penuturan demikian Sang Dewi marah dan semua pengawalnya dikumpukan dan
mengeluarkan perintahnya untuk bersiaga .purnama hampir tepat diatas kepala
tatkala Raden Bagus tiba di Pertamanan Sang Dewi dengan sabar menunggu seperti
biasa , Namun apabila Raden Bagus sempat tahu apa yang tersimpan di dada
tunangannya Raden Bagus masih sempat bersikap mau memulas keterlambatannya .
Sang Dewi masih diam tetapi kemudian terdengar Sang Dewi menbentak dan seketika
itu pula keluarlah para pengawal Sang Dewi dengan membawa masing – masing
senjata .
Tanpa sepatah
katapun mereka terus menghujamkan senjata mereka kepada tubuh Raden Bagus .
Raden Bagus yang tidak siaga dan tidak menyangka datangnya serangan tersebut
seketika itupula jatuh tersungkur dan tewas . Untuk beberapa saat
keributan banyak terjadi banyak orang
menyangka akan terjadi perang antara Madekan dan Pamekasan . Madekan sendiri
telah tahu penjelasannya . Jenasah Raden Bagus pada malam itu juga diangkat
orang menuju ke Madekan . Para pengusung jenasah tak terasa berbelok menuju
batu ceper tempat Raden Bagus memahat dan mengukir janjinya .
Disitu Putri Ayu
menunggu dengan wajah sembab menahan tangis ketika kedatangan jenasah Raden
Bagus di Jamberangin . Demikian setelah jenasah di dekatnya Putri Ayu langsung
melompat dan memeluknya . semua orang yang berada disitu merasa hiba dan
mencucurkan air mata . Begitu lama Putri Ayu memeluk jenasah kekasihnya ,
hingga beberapa orang berusaha melepaskannya . namun ternyata Putri Ayu sudah
menjadi mayat juga . Rupanya Putri Ayu lansung menjatuhkan diri diiringi dengan
tusukan sebilah keris yang ditancapkan ke Ulu hatinya , Putri Ayu bunuh diri .
Betapa terkejunya
semua orang yang berada ditempat itu , bahkan kedua jenasah itu melekat terlalu
rapat dan tidak dapat di pisahkan . kedua jenasah tersebut diangkat dalam suatu
usungan menuju ke Madekan . sesudah sampai di Madekan mereka ditaman dalam
suatu lubang / kuburan .Dihari kemudian putri Ayu dinamakan orang Jamberingin
Putri Ayu bunuh diri ( POTRE AJU ASODDUK RAGA ) dan juga ada yang menamakan :
BUJUK LIR SA ALIR karena putri Ayu pada hidupnya selalu berdendang dengan lagu
Lir Sa Alir .
Selanjutnya masyarakat
Jamberingin tiap tanggal 15 bulan Rajab memperingati Putri Ayu ditempat batu
ceper di Desa Jamberingin dengan mendendangkan lagu Lir Sa Alir yang pada
umumnya lagu Lir Sa Alir tersebut dinyanyikan oleh kaum wanita yang sudah
lanjut . Karena itu kisah Putri Ayu tetap menjadi peringatan para kaum wanita
muda desa Jamberingin sampai sekarang ini .